Mengurai Benang Kusut Indikasi Kematian Massal Eksistensi Tuhan di Abad Globalisasi
Abstract
The “post god” era represents a period indicating about mass death of god and describing a human life that existentially "kill" god position, and not be trapped at formally absolute dogmatic. In this era, new-Nietzsche god faces with very high desire of absolute power emerge. They disobey there is something else takes a grip on them. They are conscious that there is God, but that is only at formal testimony level, not at substantial-operational level. If this phenomenon is analyzed farther, then it will be clear that the emergence of new-Nietzsche god faces in the “post god” era has caused a crisis of god consciousness. Thereby, deconstruction of god consciousness to change new-Nietzsche god to become perfect humanity and transform him to become God proxy in the world is a kind of progressive and meaningful action to the better future of world civilization.
References
Abu Hatsin, “Kata Pengantar”, dalam Islam dan Humanisme: Aktualisasi Humanisme Islam di Tengah Krisis Humanisme Universal, ter. Dedi M. Siddiq (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan IAIN Walisongo Semarang, 2007).
Ahmad Arifi, Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi (Yogyakarta: Teras, 2009).
Ahmad Muflih Saefudin, “Tata Nilai dan Kehidupan Spiritual di Abad XXI”, dalam Permasalahan Abad XXI: Sebuah Agenda (Yogyakarta: Sipress, 1993).
Aksin Wijaya, “Moralitas Eksistensial Versus Moralitas Ideal: Telaah Perbandingan antara Nietzsche dan Muhammad Iqbal”, Jurnal Dialogia Jurusan Ushuluddin STAIN Ponorogo, vol. 4 no. 1 (Januari-Juni 2006).
Budhy Munawar-Rahman, “Kesatuan Trasedental dalam Teologi: Perspektif Islam tentang Kesamaan Agama-Agama”, dalam Dialog: Kritik dan Identitas Agama, ed. Tim Redaksi (Yogyakarta: Dian/Interfidei, 1993).
Eko Prasetyo, Membela Agama Tuhan: Potret Gerakan Islam dalam Pusaran Konflik Global (Yogyakarta: Insist Press, 2003).
Erick From, Lari dari Kebebasan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997).
Fazlur Rahman, Filsafat Mulla Shadra (Bandung: Penerbit Pustaka, 2000).
Frans Magnis-Suseno, “Humanisme Religius vs Humanisme Sekuler?”, dalam Islam dan Humanisme: Aktualisasi Humanisme Islam di Tengah Krisis Humanisme Islam di Tengah Krisis Humanisme Universal, ter. Dedi M. Siddiq (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan IAIN Walisongo Semarang, 2007).
________, 13 Tokoh Filsafat: Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19 (Yogyakarta: Kanisius, 1998).
Friedrich Nietzsche, Beyond Good and Evil: Prelude Menuju Filsafat Masa Depan, ter. Basuki Heri Winarno (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002).
_________, Senjakala Berhala dan Anti-Krist (Yogyakarta: Bentang, 1999).
_________, The Will to Power, ed. Welter Kaufman (New York: Vitge Books, 1968).
Gilles Deleuze, Filsafat Nietzsche, ter. Basuki Heri Winarno, (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002).
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1 (Yogyakarta: Kanisius, 1996).
_______, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Kanisius, 2002).
Imam Taufiq, “Maqamat dan Ahwal (Tinjauan Metodologis)”, dalam Tasawuf dan Krisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001).
Ishrat Hasan Ever, Metafisika Iqbal, (Yogyakarta: 2004).
Isiah Berlin, Empat Essei Kebebasan (Jakarta: LP3ES, 2004).
Jean P. Sartre, Eksistensialisme dan Humanisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).
John F. Haught, God After Darwin (Tuhan Sesudah Darwin): Teologi Evolusioner (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002).
Juergen Hubermas, Ilmu dan Teknologi Sebagai Ideologi (Jakarta: LP3ES, 1990).
Komaruddin Hidayat dan Muhammad Wahyudi Nafis, Agama Masa Depan: Perspektif Filsafat Perennial (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003).
M. Syarif, Tuhan dan Keindahan (Bandung: Mizan, 1984).
Marcel Neusch dan Vincen P. Miceli, 10 Filosof Pemberontak Tuhan (Yogyakarta: Pantha Rhei Books, 2004).
Muhammad ‘Abîd al-Jabîrî, Isykâliyât al-Fikr al-Arabî al-Muashar (Beirût: Markaz Dirâsah al-Wahdah al-Arabiyah, 1989).
Muhammad Iqbal, Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1983).
Mullâ Shadrâ, Kitab Masya’ir (Teheran, 1964).
Mustamin Al-Mandary, Menuju Kesempurnaan: Persepsi dalam Pemikiran Mulla Shadra (Makasar-Yogyakarta: Safinah dan Rausyan Fikr, 2003).
Nurul Anam, “Puasa dan Upaya untuk Memperbaiki Kesadaran Ilahiah dalam Seks Bebas Ramaja”, Buletin Incredibel HMJ Tarbiyah STAIN Jember 2/10/2007.
Paul Heelas, “Tentang Diferensiasi dan Dediferensiasi: Sebuah Kata Pengantar”, dalam Agama Sudah Mati?, ed. Paul Heelas (Jakarta: Mediator, 2003).
Pujiono, “Manusia dalam Perspektif Eksistensialisme dan Al-Qur’an”, Jurnal al-'Adalah STAIN Jember vol. 2 no. 1 (Agustus, 2004).
Reo Rauch, Filsafat Sejarah G.W.F Hegel, ter. Win Ushuluddin dan Harjali (Yogyakarta: Pantha-Rei Book, 2003).
Robingatun, “Tanggung Jawab Sosial Sufisme dalam Menyikapi Krisis Spiritual”, Jurnal Empirisme STAIN Kediri, vol. 17 no.1 (Januari 2008).
Sri Rahayu Wilujeng, dalam Listiono Santoso, Epistemologi Kiri (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2003).
Tim Redaksi Suara Hidayatullah, “Kajian Utama: Mengimani Sebagian, Kafir pada Yang Lain”, Suara Hidayatullah 06/XV/ Oktober 2002.
Trias Kuncahyono, “Menatap Dunia, Menatap Kita”, dalam Lorong Panjang Laporan Akhir Tahun 2001 Kompas, ed. Tim Penerbit Buku Kompas, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002).
Van Peursen, Tubuh-Jiwa-Roh: Sebuah Pengantar dalam Filsafat Manusia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981).
_______, Menjadi Filosof: Suatu Pendorong ke Arah Berfilsafat Sendiri (Yogyakarta: Qalam, 2003).
PDF downloaded: 290